Dari Ruang Simulasi ke Lapangan: Bawaslu Mamuju Siapkan Pegawai Hadapi Laporan Pemilu
|
Mamuju - Di tengah meningkatnya tantangan pengawasan pemilu, suasana penuh keseriusan memenuhi ruang kantor Bawaslu Kabupaten Mamuju pada Senin, 10 November 2025. Para pegawai terlihat larut dalam simulasi penerimaan laporan pelanggaran, sebuah latihan yang bukan hanya sekadar prosedur teknis, tetapi komitmen moral untuk menjaga keadilan pemilu. Momen itu mencerminkan bagaimana Bawaslu Mamuju menanamkan kepekaan, keberanian, dan ketelitian sebagai bagian dari naluri kerja pengawas pemilu.
Bawaslu Kabupaten Mamuju kembali menunjukkan kesungguhan dalam memperkuat kemampuan teknis pegawainya melalui pelaksanaan simulasi penerimaan laporan penanganan pelanggaran, yang digelar pada Senin, 10 November 2025. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari inovasi program Pemantik (Perumus Mental Naluri dan Tindakan), sebuah program pengembangan kapasitas internal yang dirancang untuk mempertajam kompetensi pegawai dalam menjalankan berbagai tugas teknis pengawasan.
Membangun Kapasitas Pegawai
Model pelatihan semacam ini selaras dengan teori terkini tentang Capacity Building for Electoral Oversight, yang menekankan bahwa peningkatan kapasitas pengawas pemilu tidak lagi cukup hanya melalui pelatihan klasikal. Penguatan kualitas harus menyentuh tiga aspek fundamental: situational awareness (kepekaan terhadap situasi), behavioral readiness (kesiapan perilaku dalam merespons), dan skill-based simulation (keterampilan yang diasah melalui praktik langsung). Ketiganya tercermin kuat dalam konsep program Pemantik yang diinisiasi Bawaslu Mamuju.
Program Pemantik dibangun atas dasar pemahaman bahwa pengawasan pemilu modern menuntut kombinasi antara pemahaman regulasi, kecakapan teknis, ketepatan respons, dan kemampuan analitis. Teori terbaru terkait Capacity Building for Electoral Oversight menyebutkan bahwa peningkatan kualitas pengawas tidak lagi cukup hanya melalui pelatihan formal. Penguatan harus menyentuh aspek situational awareness, behavioral readiness, dan skill-based simulation aspek yang menjadi inti program Pemantik.
Dalam simulasi tersebut, pegawai diposisikan seolah-olah menerima laporan dari masyarakat terkait dugaan pelanggaran pemilu. Mulai dari tahap pencatatan, identifikasi substansi laporan, pengujian kelengkapan dokumen, hingga mekanisme tindak lanjut awal, seluruh proses diuji secara detail. Pendekatan ini tidak hanya mengasah aspek teknis, tetapi juga membangun naluri pegawai dalam merespons laporan secara cepat, tepat, dan sesuai prosedur.
Kegiatan ini juga menjadi wadah evaluasi internal untuk mengukur kesiapan pegawai dalam menghadapi situasi nyata, terutama menjelang periode pemilihan yang kerap dibanjiri laporan masyarakat.
Kepala Sekretariat Bawaslu Kabupaten Mamuju, Muhammad Imran Pathurrahman, menegaskan pentingnya kegiatan ini sebagai bagian dari penguatan internal lembaga.
“Simulasi ini adalah bagian penting dari upaya kami memperkuat kesiapan internal. Program Pemantik kami rancang agar pegawai tidak hanya mampu memahami aturan, tetapi juga memiliki naluri dan ketelitian dalam menangani laporan masyarakat. Pengawasan pemilu adalah kerja serius, dan kami ingin memastikan setiap pegawai memiliki kemampuan teknis yang memadai serta rasa tanggung jawab yang kuat,” ujarnya.
Dengan berjalannya simulasi ini, Bawaslu Kabupaten Mamuju berharap pegawai semakin siap menghadapi berbagai dinamika pelaporan masyarakat menjelang tahapan pemilu. Program Pemantik diproyeksikan menjadi motor peningkatan kualitas kerja pengawas pemilu, sekaligus memperkuat hubungan kepercayaan antara Bawaslu dan masyarakat.(Humas)
Penulis: Andi Muhfi Zandi M
Dokumentasi: Firman